Rekayasa Lalu Lintas Jembatan Sukarno Hatta Kota MALANG

Jum'at, 07 Juni 2013 13:44 WIB


Ilustrasi Kemacetan di Jembatan Sukarno Hatta - Malang

Malang| Kondisi jembatan Soekarno-Hatta (Sukhat) sebelah timur rawan ambruk tatkala kondisi macet, jembatan yang sudah berumur 33 tahun dikhawatirkan tak kuat lagi menahan beban ratusan kendaraan diatasnya. Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Malang akan segera melakukan rekayasa lalu lintas (lalin) untuk mengurangi kekhawatiran tersebut.

Dengan rekayasa lalin tersebut diharapkan tidak lagi ada kemacetan diatas jembatan Sukhat. Berdasar pengamatan Dishub, salah satu penyebab terjadinya kemacetan yakni dengan dibukanya pintu gerbang Universitas Brawijaya (UB). Letak pintu gerbang yang menghadap lurus jembatan. Menurut penilaian Dishub, sejak dibukanya gerbang UB, arus kendaraan disekitar ujung jembatan menjadi ruwet.
“Agar kendaraan tak berhenti di atas jembatan, kami akan bahas rekayasa lalu lintasnya. Kami akan meminta saran dari berbagai perguruan tinggi, termasuk UB,” ungkap Subari, Kepala Dishub Kota Malang, seperti yang dikutip Malang Online.com dari harian Jawa Pos Rabu (5/06) kemarin.

Subari mengatakan, hingga kini, pihaknya belum menemukan solusinya. Pada pertengahan Mei lalu, terang Subari, Dishub sudah mendapat surat dari Dinas Pekerjaan Umum dan Bina Marga Provinsi Jawa Timur. Dishub diminta memindah traffic light yang sudah tidak berfungsi diperempatan jembatan Sukhat. “Traffic light tersebut dipasang Dishub dan LLAJ Provinsi Jatim. Kami tidak punya kewenangan memindah traffic light,” imbuhnya.

Menurutnya dengan tingkat kemacetan yang tinggi sulit mencari rekayasa lalin yang efektif . Disinggung mengenai penutupan gerbang Sukhat, Subari tidak berani menjawab dengan tegas. Dia menganalisa, jika jalan menuju UB ditutup, kemacetan akan beralih ke Jl. Mayjen Panjaitan. Sebab kendaraan yang masuk UB harus belok kiri menuju jalan Mayjen Panjaitan, setelah itu kendaraan putar balik. “Kendalanya, jalan sempit dan tidak ada area untuk putar balik,” ujar Subari.

Sementara itu, Pembantu Rektor I UB, Bambang Suharto mengatakan, UB siap menutup gerbang UB jika memang hal tersebut diperlukan “Tapi harus ada surat resminya dari pihak terkait dulu, karena jika langsung ditutup pasti banyak yang protes,” ucap Bambang.

Menurutnya, penutupan arus lalin gerbang UB yang berhadapan langsung dengan jembatan Sukhat kurang efektif mengatasi kemacetan di atas jembatan. Sebab pengendara kendaraan akan berputar balik untuk masuk ke UB. Padahal, jalan di tempat tersebut tidak memungkinkan unrtuk putar balik. “Jalanya terlalu sempit. Jadi pasti pengendara kesulitan untuk putar balik. Dan ini akan menimbulkan kemacetan lagi,” tambah dia.

Namun pada dasarnya UB siap menutup jalan tersebut, jika dianggap membahayakan pengguna jalan. Sebab hal tersebut menyangkut keselamatan banyak orang “Pokoknya kami akan ikuti apa yang terbaik bagi masyarakat, “ imbuhnya.

Bambang menjelaskan, kemacetan diatas jembatan Sukhat terjadi pada jam tertentu saja. Yakni pada waktu pagi orang berangkat kerja, sekitar pukul 06.30 hingga pukul 07.30 Wib, pulang sekolah antara pukul 12.30 sampai pukul 13.30, dan jam pulang kerja antara pukul 16.00 hingga pukul 17.00 Wib.

Bambang kemudian memberi solusi, yakni dengan membangun fly over, namun untuk membangunnya dibutuhkan dana yang cukup besar, “Tapi untuk jangka panjang manfaatnya pasti besar untuk peningkatan sirkulasi ekonomi.” Pungkas Bambang.
|AZ| sumber berita : Malang Online.com

Shared: